Beranda | Artikel
Kisah Selembar Kertas
Rabu, 28 Mei 2014

kertas

Selembar kertas, memang tidak setebal berjilid-jilid buku, namun bisa jadi selembar kertas ini begitu berarti. Selembar kertas yang ditempelkan di papan informasi. Selembar kertas yang berisi pemberitahuan jadwal pengajian di masjid ini atau di masjid itu.

Selembar kertas yang bertuliskan alamat website dakwah yang bermanfaat bagi umat. Selembar kertas yang berisi ajakan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya, mungkin hanya selembar kertas…

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, kebaikan yang Allah berikan kepada kita sungguh tidak terkira. Kenikmatan dan hidayah yang Allah limpahkan kepada hamba-hamba-Nya sungguh agung dan teramat urgen bagi kehidupan mereka.

Hidayah itu digambarkan laksana cahaya yang menerangi jiwa yang gelap gulita. Hidayah itu digambarkan laksana curahan hujan yang mengobati jiwa-jiwa yang haus dan dahaga. Hidayah itu bahkan digambarkan bagai ruh yang ada di dalam tubuh manusia.

Barangkali, selembar kertas tidak begitu bernilai bagi anda. Karena selembar kertas itu hanya akan menambah tumpukan sampah di keranjang yang ada di depan rumah, kantor, atau masjid anda. Namun, apabila selembar kertas ini berisi ajakan kepada ilmu dan hidayah, aduhai teramat sayang jika ia disia-siakan dan dicampakkan begitu saja.

Bukankah hidayah begitu berharga, satu orang yang diberi petunjuk melalui perantara anda jauh lebih berharga daripada kumpulan onta merah yang mahal harganya?

Saudaraku yang dirahmati Allah, bisa jadi selembar kertas yang anda pungut dan anda pasang di papan pengumuman itu menjadi sebab Allah mengampuni dosa anda.

Saudaraku yang dirahmati Allah, selembar kertas publikasi kajian tidaklah seberat sekeranjang batu-bata… Meskipun demikian, terkadang kita saksikan banyak orang yang lebih suka memikul ‘berkeranjang-keranjang batu-bata’ demi serpihan-serpihan dunia, sementara beberapa lembar pamflet, publikasi, atau buletin islam teronggok sia-sia… Padahal, pahalanya jauh lebih berharga daripada dunia dan seisinya…

Anda tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya. Anda cukup menghampiri satu dua masjid ketika berangkat atau sepulang kerja. Barangkali di dalamnya ada orang-orang yang haus akan ilmu agama dan bimbingan ulama.

Jika anda sanggup antri di ATM, antri di loket penerimaan tenaga kerja, mengapa anda tidak sanggup untuk sekedar mengantongi beberapa lembar publikasi dan buletin untuk dibagikan dan diletakkan di tempat orang bisa membaca dan mengambilnya? Padahal, anda tidak perlu antri dan berjubel untuk mendapatkannya…


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/kisah-selembar-kertas/